WARTA .............. BERITA .............. KABAR ............... KIM IJO > > > Informasi Mbatu

Salam

SUGENG RAWUH > > > SALAM IJO > > > SALAM SATU JIWA

Senin, 23 April 2012

Pemilukada Kota Batu 2 Oktober 2012




Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim menetapkan coblosan Pemilihan Walikota (pilwali) Kota Batu, Selasa, 2 Oktober 2012. Penetetapan dilakukan menyusul habisnya masa jabatan Walikota Batu 2008-2012 pada 24 Desember 2012 mendatang.

"Harapan kami, KPUD Batu bisa segera menyesuaikan tahapan pemilukada yang ada di daerahnya. Sehingga, saat jabatan walikota yang lama habis walikota yang baru sudah terpilih,’’ ujar Nadjib Hamid, Anggota KPU Jatim ketika dihubungi, Senin siang.

Nadjib tidak merinci secara detail teknis pelaksanaan coblosan khusus untuk Pilwali Kota Batu. Sebaliknya, Nadjib memilih untuk menyebutkan masa coblosan untuk lima daerah lainnya di Jatim. Karena, selama tahun 2012, memang ada enam kabupaten/kota akan menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) baru.

Bahkan, tiga dari enam daerah yang melangsungkan Pilkada justru mendapat jatah bersamaan. Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Nganjuk menggelar coblosan di hari yang sama yaitu Rabu, 12 Desember 2012.

Sedang dua daerah lainnya yaitu Kabupaten Probolinggo menggelar coblosan Kamis, 8 November 2012. Kemudian pelaksanaan pemilihan bupati baru Kabupaten Bojonegoro digelar Sabtu, 10 November 2012. "Sesuai masa jabatan yang berlaku di daerah masing-masing tadi kebetulan tiga kabupaten coblosannya bersamaan,’’ papar Nadjib, yang juga Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim ini.

Ditemui secata terpisah Suprayitno, Kabiro Administrasi Pemerintahan Pemprov Jatim menyebutkan, sepanjang 2012 sampai 2013 di Jatim memang ada 16 kabupaten/kota yang kepala daerahnya habis masa jabatannya. Karena itulah pihaknya bersama KPU Jatim dan KPU di 16 daerah tadi terus mematangkan tahapan proses Pilkada agar sesuai jadwal yang ada.

"Biasanya, enam bulan menjelang habis masa jabatan kepala daerah tahapan sudah ditetapkan. Kalau ada daerah yang belum melakukan tahapan, tugas kami hanya mengingatkan saja,’’ tuturnya.
Disebutkan dia, 16 daerah itu antara lain Walikota Batu Eddy Rumpoko 24 Desember 2012, Bupati Bojonegoro Suyoto 8 Februari 2013, Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin 20 Februari 2013, Bupati Sampang Noer Tjahja 26 Februari 2013, Bupati Bangkalan Fuad Amin 1 Maret 2013 dan Bupati Nganjuk Taufiqurrahman 16 April 2013.

Kemudian Bupati Pamekasan Kholilurrahman 21 April 2013, Bupati Tulungagung Heru Tjahjono 30 April 2013. Bupati Pasuruan Dade Angga 9 Juli 2013, Bupati Magetan Sumantri 23 Juli 2013, Bupati Madiun Muhtarom 23 Juli 2013 dan Bupati Lumajang Sjahrazad Masdar 24 Agustus 2013.

Ditambah lagi Walikota Malang Peni Suparto 13 September 2013, Bupati Bondowoso Amin Said Husni 15 September 2013, Bupati Jombang Suyanto 24 September 2013, dan Walikota Mojokerto Abdul Gani 5 Desember 2013.

"Sekarang ini kami juga terus berusaha membentuk desk pemilukada di semua daerah tadi. Sesuai UU, anggota desk pemilukada berisikan bagian Administrasi pemerintahan, bagian hukum, Bakesbangpol, Inspektorat dan Kominfo setempat,’’ pungkasnya dengan menyebutkan, semua pengamanan Pilkada di Jatim akan dibantu Polda Jatim dan Kodam V Brawijaya.

Semarak Ulang Tahun Linmas Dengan Gelar Pasukan







Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-50 Satuan Perlindungan Masyarakat sekaligus Hari Ulang Tahun ke-16 Otonomi Daerah semarak dengan berbagai kegiatan, selain gelar pasukan juga dimeriahkan dengan lomba tarik-tambang yang diikuti Walikota Batu dan Muspida Kota Batu.

“Tidak lupa pada kesempatan yang berbahagia ini, kami ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya serta apresiasi yang setinggi-tingginya kepada segenap jajaran aparat Satuan Perlindungan Masyarakat di seluruh Indonesia, yang telah dengan sukarela dan dedikasi tinggi membantu Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan dalam menggemban tugas dan fungsi Perlindungan Masyarakat dengan baik di lapangan,” demikian kata Walikota Batu Eddy Rumpoko membacakan teks pidato Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi.

Dengan peran dan fungsi yang strategis tersebut, pemerintah tetap memiliki komitmen yang tinggi terhadap potensi Satlinmas agar dapat terus berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat banyak dalam menunjang program pemerintah,”tambah Walikota.

“Perlu kita sadari bersama, bahwa hakikatnya Satuan Perlindungan Masyarakat dapat di fungsikan sebagai garda terdepan bagi pemerintah daerah dalam membantu mengurangi resiko yang ditimbulkan akibat bencana alam, non alam, maupun bencana sosial, mengingat keberadaan Satuan Perlindungan Masyarakat berasal dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya diperlukan peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia aparat Satuan Perlindungan Masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan secara berkala sesuai dengan kebutuhan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya,” ungkap ER sapaan akrab Eddy Rumpoko.

Selain itu pengusaha sukses ini juga menambahkan, “Pada tanggal 25 April 2012, bertepatan dengan HUT ke-16 Otonomi Daerah. Tema Hari Otonomi Daerah Tahun 2012 adalah Kita Tingkatkan Kualitas Otonomi Daerah untuk Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah menuju Kesejahteraan Masyarakat. Adapun pemaknaannya selaras dengan upaya untuk memperkuat sistem demokrasi dan sistem pemerintahan yang baik di daerah,” jelas Walikota Batu

“Secara umum ada 2 (dua) variabel utama terkait dengan implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, yaitu, pertama, peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan dan pembangunan. Setiap negara lazimnya memiliki titik berat yang berbeda dalam meng-implementasikan kebijakan desentralisasinya tergantung pada kesepakatan dalam konstitusi terhadap arah pertumbuhan yang akan dicapai melalui desentralisasi” tegas Walikota.

“Dinamika politik harus terus kita kelola agar keramaiannya tetap berjalan seiring dengan tujuan dan upaya pembangunan, tentu tanpa mengebiri kenyamanan kita dalam menikmati kebebasan berdemokrasi yakni demokrasi yang dipagari dengan aturan main yang adil, konstitusional dan tidak anarkis sehingga senantiasa berjalan di atas rel hukum dan ketertiban bermasyarakat,” seru Walikota.

Sementara itu Kasi Linmas Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Batu Mawardi menyatakan acara ini juga sebagai bentuk kesiap-siagaan Linmas dalam menyambut pemilukada kota Batu, “Ini bukti kami siap mensukseskan gelaran pemilukada, serta melakukan pembangunan Kota Batu,” kata Mawardi.

“Sebanyak 1700-an lebih anggota linmas siap bertugas, dan harus netral” tambah Kasi Linmas itu. Menurutnya dimasing-masing desa-kelurahan mempunyai anggota linmas dari 50 hingga 100 orang.
 

Selamat ulang tahun Linmas se-kota batu, semoga semakin jaya dan menjadi benteng pertahanan yang kokoh digaris depan.



Sumber referensi :Bagian Humas dan Protokol

Sabtu, 21 April 2012

SEJARAH KARTINI | KARTINI DAN EMANSIPASI WANITA INDONESIA MASA KINI



     Tanggal 21 April selalu saja kita peringati sebagai hari kartini dan ini menjadi tradisi tahunan bangsa Indonesia terutama kaum hawa yang memang kita kenal kartini adalah tokoh yang menjadi panutan para wanita di Indonesia yang sejarahnya telah kita ketahui sebagai pejuang wanita Di Indonesia yang sangat dihormati dan dikenang sepanjang masa.
Namun saat ini bangsa kita sepertinya telah lupa bagaimana seorang kartini itu memperjuangkan emansipasi wanita dan membuat wanita dapat tempat di depan kaum adam.
Oleh karena itu mari kita ingat sebentar sejarah kartini dan siapa kartini itu sebenarnya.
Berikut sejarah kartini yang kami ambil dari Wikipedia.com dan semoga memberika tambahan dan pengenalan kembali siapa seorang kartini yang menjadi tolak ukur sejarah wanita di Indonesia yang bangkit dari kegelapan jaman perang dulu.

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI.

Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi[2], maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.

Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Kartini banyak menciptakan dan mengarang Buku - buku dan Surat - surat yang penuh dengan semangat dan perjuangan terutama bagi kaum wanita .
Berikut daftar buku - buku karangan R.A kartini.
 
1.Habis Gelap Terbitlah Terang
2.Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya
3.Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
4.Panggil Aku Kartini Saja
5.Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya
6.Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903.


Itulah sosok seorang kartini yang kontroversional namun telah membuat suatu perubahan yang begitu besar bagi kaum hawa di Indonesia.
Seorang wanita yang kuat yang membuat sejarah menjadi berubah dan menciptakan sebuah pemikiran baru dimana wanita juga memiliki emansipasi dan kesetaraan dengan kaum pria.
Begitulah Kartini sebenarnya dan kini saatnya para wanita Di Indonesia juga terus berjuang untuk menjadi kartini - kartini modern yang tak kalah dengan para pria.
Kartini kuat namun tetap seorang wanita yang lemah lembut serta sosok yang berkepribadian menarik dan bagus.
 
Sekian dari kami dan selamat hari kartini Di Indonesia.
tunjukan Emansipasi wanita Indonesia.

Jumat, 20 April 2012

SEJARAH KARTINI - HABIS GELAP TERBITLAH TERANG





Sejarah Kartini - Habis Gelap Terbitlah Terang, Sebagai bangsa yang luhur tentunya kita tidak akan melupakan sejarahnya sendiri. Begitu banyak jasa pahlawan yang kini semakin dilupakan orang. Hari Kartini hanya dianggap sebagai hari libur nasional semata. Marilah kita cermati Sejarah Kartini dan bukunya Habis Gelap Terbitlah Terang.

Sewaktu RA Kartini dilahirkan, ayahnya masih berkedudukan sebagai wedono mayong, sedangkan ibunya adalah seorang wanita berasal dari desa Teuk Awur yaitu Mas Ajeng Ngasirah yang berstatus garwo Ampil. RMAA Sosroningrat dan urutan keempat dari ibi kandung Mas Ajeng Ngasirah, sedangkan eyang RA Kartini dari pihak ibunya adalah seorang Ulama Besar pada jaman itu bernama Kyai Haji Modirono dan Hajjah Siti Aminah.

Istri kedua ayahnya yang berstatus garwo padmi adalah putri bangsawan yang dikawini pada tahun 1875 keturunan langsung bangsawan tinggi madura yaitu raden ajeng Woeryan anak dari RAA Tjitrowikromo yang memegang jabatan Bupati Jepara sebelum RMAA Sosroningrat. Perkawinan dari kedua istrinya itu telah membuahkan putera sebanyak 11 (sebelas) orang.

Mula pertama udara segar yang dihirup RA KArtini adalah udara desa yaitu sebuah desa di Mayong yang terletak 22 km sebelum masuk jantung kota Jepara. Disinilah nia dilahirkan oleh seorang ibu dari kalangan rakyat biasa yang dijadikan garwo ampil oleh wedono Mayong RMAA Sosroningrat. Anak yang lahir itu adalah seorang bocah kecil dengan mata bulat berbinar-binar memancarkan cahaya cemerlang seolah menatap masa depan yang penuh tantangan.

Hari demi hari beliau tumbuh dalam suasana gembira, dia ingin bergerak bebas, berlari kian kemari, hal yang menarik baginya ia lakukan meskipun dilarang. Karena kebebasan dan kegesitannya bergerak ia mendapat julukan TRINIL dari ayahnya. Kemudian setelah kelahiran RA Kartini yaitu pada tahun 1880 lahirlah adiknya RA Roekmini dari garwo padmi. Pada tahun 1881 RMAA Sosroningrat diangkat sebagai Bupati Jepara dan beliau bersama keluarganya pindah ke rumah dinas Kabupaten di Jepara.

Pada tahun yang sama lahir pula adiknya yang diberi nama RA Kardinah sehingga si trinil senang dan genbira dengan kedua adiknya sebagai teman bermain. Lingkungan Pendopo Kabupaten yang luas lagi megah itu semakin memberikan kesempatan bagi kebebasan dan kegesitan setiap langkah RA Kartini.

 


 

 
Sifat serba ingin tahu RA Kartini inilah yang mrnjadikan orang tuanya semakin memperhatikan perkembangan jiwanya. Memang sejak semula RA Kartini paling cerdas dan penuh inisiatif dibandingkan dengan saudara perempuan lainnya. Dengan sifat kepemimpinan RA Kartini yang menyolok, jarang terjadi perselisihan diantara mereka bertiga yang dikenal dengan nama TIGA SERANGKAI meskipun dia agak diistimewakan dari yang lain.

Agar puterinya lebih mengenal daerah dan rakyatnya RMAA Sosroningrat sering mengajak ketiga puterinya tourney dengan menaiki kereta.

Ini semua hanya merupakan pendekatan secara terarah agar puterinya kelak akan mencintai rakyat dan bangsanya, sehingga apa yang dilihatnya dapat tertanam dalam ingatan RA Kartini danadik-adiknya serta dapat mempengaruhi pandangan hidupnya setelah dewasa.
Saat mulai menginjak bangku sekolah EUROPESE LAGERE SCHOOL terasa bagi RA Kartini sesuatu yang menggembirakan. Karena sifat yang ia miliki dan kepandaiannya yang menonjol RA Kartini cepat disenangi teman-temannya.. Kecerdasan otaknya dengan mudah dapat menyaingi anak-anak Belanda baik pria maupun wanitanya, dalam bahasa Belanda pun RA Kartini dapat diandalkan.

Menjelang kenaikan kelas di saat liburan pertama, NY. OVINK SOER dan suaminya mengajak ra Kartini beserta adik-adiknya Roekmini dan Kardinah menikmati keindahan pantai bandengan yang letaknya 7 km ke Utara Kota Jepara, yaitu sebuah pantai yang indah dengan hamparan pasir putih yang memukau sebagaimana yang sering digambarkan lewat surat-suratnya kepada temannya Stella di negeri Belanda. RA Kartini dan kedua adiknya mengikuti Ny. Ovink Soer mencari kerang sambil berkejaran menghindari ombak, kepada RA Kartini ditanyakan apa nama pantai tersebut dan dijawab dengan singkat yaitu pantai Bandengan.

Kemudian Ny. Ovink Soer mengatakan bahwa di Holland pun ada sebuah pantai yang hampir sama dengan bandengan namanya â€Å“Klein Scheveningen” secara spontan mendengar itu RA Kartini menyela kalau begitu kita sebut saja pantai bandengan ini dengan nama Klein Scheveningen”.

Selang beberapa tahun kemudian setelah selesai pendidikan di EUROPASE LEGERE SCHOOL, RA Kartini berkehendak ke sekolah yang lebih tinggi, namun timbul keraguan di hati RA Kartini karena terbentur pada aturan adapt apalagi bagi kaum ningrat bahwa wanita seperti dia harus menjalani pingitan.

Memang sudah saatnya RA Kartini memasuki masa pingitan karena usianya telah mencapai 12 tahun lebih, ini semua demi keprihatinan dan kepatuhan kepada tradisi ia harus berpisah pada dunia luar dan terkurung oleh tembok Kabupaten. Dengan semangat dan keinginannya yang tak kenal putus asa RA Kartini berupaya menambah pengetahuannya tanpa sekolah karena menyadari dengan merenung dan menangis tidaklah akan ada hasilnya, maka satu-satunya jalan untuk menghabiskan waktu adalah dengan tekun membaca apa saja yang di dapat dari kakak dan juga dari ayahnya.

Beliau pernah juga mengajukan lamaran untuk sekolah dengan beasiswa ke negeri Belanda dan ternyata dikabulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, hanya saja dengan berbagai pertimbangan maka besiswa tersebut diserahkan kepada putera lainnya yang namanya kemudian cukup terkenal yaitu H. Agus Salim.

Walaupun RA Kartini tidak berkesempatan melanjutkan sekolahnya, namun himpunan murid-murid pertama Kartini yaitu sekolah pertama gadis-gadis priyayi Bumi Putera telah dibina diserambi Pendopo belakang kabupaten. Hari itu sekolah Kartini memasuki pelajaran apa yang kini dikenal dengan istilah Krida dimana RA Kartini sedang menyelesaikan lukisan dengan cat minyak. Murid-murid sekolahnya mengerjakan pekerjaan tangan masing-masing, ada yang menjahit dan ada yang membuat pola pakaian.

Adapun Bupati RMAA Sosroningrat dan Raden Ayu tengah menerima kedatangan tamu utusan yang membawa surat lamran dari Bupati Rembang Adipati Djojoadiningrat yang sudah dikenal sebagai Bupati yang berpandangan maju dan modern. Tepat tanggal 12 November 1903 RA Kartini melangsungkan pernikannya dengan Bupati Rembang Adipati Djojodiningrat dengan cara sederhana.

Pada saat kandungan RA Kartini berusia 7 bulan, dalam dirinya dirasakan kerinduan yang amat sangat pada ibunya dan Kota Jepara yang sangat berarti dalam kehidupannya. Suaminya telah berusaha menghiburnya dengan musik gamelan dan tembang-tembang yang menjadi kesayangannya, namun semua itu membuat dirinya lesu.

Pada tanggal 13 September 1904 RA Kartini melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Singgih/RM. Soesalit. Tetapi keadaan RA Kartini semakin memburuk meskipun sudah dilakukan perawatan khusus, dan akhirnya pada tanggal 17 September 1904 RA Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia 25 tahun.

Kini RA Kartini telah tiada, cita-cita dan perjuangannya telah dapat kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita Indonesia sekarang ini adalah berkat goresan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku HABIS GELAP TERBITLAH TERANG.




Keteguhan Iman R.A. Kartini Menghadapi Missionaris

“Menyandarkan diri kepada manusia, samalah halnya dengan mengikatkan diri kepada manusia. Jalan kepada Allah hanyalah satu. Siapa sesungguhnya yang mengabdi kepada Allah, tidak terikat kepada seorang manusia pun ia sebenar-benarnya bebas.”
[Surat Kartini kepada Ny. Ovink, Oktober 1900]

“Supaya Nyonya jangan ragu-ragu, marilah saya katakan ini saja dahulu: Yakinlah Nyonya, KAMI AKAN TETAP MEMELUK AGAMA KAMI yang sekarang ini. Serta dengan Nyonya kami berharap dengan senangnya, moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja MEMBUAT UMAT AGAMA LAIN MEMANDANG AGAMA ISLAM PATUT DISUKAI . . . ALLAHU AKBAR! Kita katakan sebagai orang Islam, dan bersama kita juga semua insan yang percaya kepada Satu Allah, Gusti Allah, Pencipta Alam Semesta" [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]

"Bagaimana pendapatmu tentang ZENDING (Diakonia), jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta-kasih, bukan dalam KRISTENISASI? Bagi orang Islam, melepaskan keyakinan sendiri memeluk agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya . . . Pendek kata, boleh melakukan Zending, tetapi JANGAN MENG-KRISTEN-KAN ORANG! Mungkinkah itu dilakukan?"
[Surat Kartini kepada E.C. Abendanon, 31 Januari 1903]

“Kesusahan kami hanya dapat kami keluhkan kepada Allah, tidak ada yang dapat membantu kami dan hanya Dia-lah yang dapat menyembuhkan…”

“Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu: Hamba Allah (Abdullah).”
[Surat Kartini kepada Ny. E.C. Abendanon, 1 Agustus 1903]


R.A. Kartini dan Pandangannya Terhadap Emansipasi dan Barat
"Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, BUKAN SEKALI-SEKALI KARENA KAMI MENGINGINKAN ANAK-ANAK PEREMPUAN ITU MENJADI SAINGAN LAKI-LAKI DALAM PERJUANGAN HIDUPNYA. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama."
[Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902]

“Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang-orang setengah Eropa atau orang-orang Jawa Kebarat-baratan.”
[Surat Kartini kepada Ny. E.E. Abendanon, 10 Juni 1902]

"Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?" [Surat Kartini kepada Ny. E.C. Abendanon, 27 Oktober 1902]