WARTA .............. BERITA .............. KABAR ............... KIM IJO > > > Informasi Mbatu

Salam

SUGENG RAWUH > > > SALAM IJO > > > SALAM SATU JIWA

Sabtu, 18 Agustus 2012

HARI KEMENANGAN



met Lebaran yaw, jika ada salah - salah kata keluarga besar Kim Ijo mengucapkan Taqobalallahumina waminkum, selamat hari raya IDUL FITRI 1433 H mohon maaf lahir dan batin bagi umat islam diseluruh dunia dan sahabat, kerabat dan keluarga jauh dimana saja, semoga kita masih bisa diketemukan dengan bulan puasa dan Idul Fitri tahun depan Amin..... amin ya robbal alamin.

















Jumat, 17 Agustus 2012

Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke 67





PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH




 





 PEMBACAAN TEKS PROKLAMASI  OLEH  Ir. SOEKARNO



 



AMANAT PROKLAMATOR



 MENANAMKAN SEMANGAT JUANG ANAK BANGSA YANG TAK PERNAH PADAM OLEH JAMAN






 PIDATO KENEGARAAN BUNG KARNO DALAM MEMPERINGATI HUT RI KE 67 INDONESIA






REMAJA ADALAH PENERUS MASSA DEPAN BANGSA, BIMBING DAN KUATKAN DIA MENGHADAPI SEGALA TANTANGAN HIDUP, BANGSA DAN DUNIA
 




 SEMANGAT BAMBU RUNCING MERAH PUTIH YANG TAK PERNAH GENTAR MENGHADAPI SEGALA BENTUK PENJAJAHAN







 LOGO KEMENANGAN REPUBLIK INDONESIA




TEMA KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE 67 TAHUN


 " DENGAN SEMANGAT PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945, 
KITA BEKERJA KERAS UNTUK KEMAJUAN BERSAMA, 
KITA TINGKATKAN PEMERATAAN HASIL - HASIL PEMBANGUNAN 
UNTUK KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA "














Kamis, 16 Agustus 2012

Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Museum Perumusan Naskah Proklamasi terletak di Jl.Imam Bonjol 1, Jakarta, di sudut jalan setelah lampu merah Taman Suropati yang kedua, melewati Patung Pangeran Diponegoro. Museum Perumusan Naskah Proklamasi menempati sebuah bangunan tua bergaya Art Deco yang didirikan pada tahun 1920.
Gedung Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang berdiri di atas tanah seluas 3.914 m2 itu telah beberapa kali berpindah tangan. Pernah digunakan oleh PT Asuransi Jiwasraya pada tahun 1931, lalu dikuasai oleh Admiral Tadashi Maeda selama masa pendudukan Jepang, kemudian menjadi markas besar Tentara Kerajaan Inggris setelah perang Pasifik, beralih lagi ke Asuransi Jiwasraya, sebelum berpindah tangan lagi menjadi Kedutaan Inggris dari tahun 1961 sampai 1981, dan lalu menjadi Perpustakaan Nasional pada tahun 1982.
Saat dihuni oleh Laksamana Tadashi Maeda, gedung ini menjadi saksi peristiwa bersejarah yang terjadi pada 16-17 Agustus 1945, ketika perumusan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dipersiapkan dan ditandatangani di tempat itu.
Namun baru pada tahun 1984, Prof. Nugroho Notosusanto, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, memerintahkan Direktorat Museum untuk menjadikan bangunan itu sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi sampai sekarang ini.


Museum Perumusan Naskah Proklamasi dengan sebuah spanduk yang dipasang di lantai dua untuk menarik perhatian orang yang lewat di depannya. Keberadaan Museum Perumusan Naskah Proklamasi ini tampaknya memang perlu lebih banyak dipromosikan.


Museum Perumusan Naskah Proklamasi di ruangan dimana Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo disambut Tadashi Maeda sekitar jam 10 malam, pada 16 Agustus 1945, setelah kembali dari “penculikan” Rengasdengklok.
Soekarno dan Hatta, ditemani Maeda, menemui Mayor Jenderal Nishimura untuk menjajagi sikapnya tentang rencana Proklamasi Kemerdekaan. Nishimura berkata bahwa Jepang tidak diperbolehkan mengubah status quo karena sudah menyerah kepada Sekutu, karenanya Nishimura melarang Soekarno – Hatta mengadakan rapat PPKI dalam rangka pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan.
Soekarno – Hatta pun berpendapat bahwa tidak ada gunanya lagi untuk membicarakan kemerdekaan Indonesia dengan pihak Jepang. Mereka hanya berharap agar tentara Jepang tidak menghalang-halangi proses pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Soekarno dan Hatta lalu kembali ke rumah Maeda. Rumah Maeda dipilih sebagai tempat penyusunan Naskah Proklamasi karena Maeda memberi jaminan keselamatan pada Bung Karno dan tokoh lainnya. Maeda sendiri masuk ke kamar tidurnya di lantai dua ketika peristiwa bersejarah itu berlangsung.



 
Museum Perumusan Naskah Proklamasi di tempat dimana pada jam 3 dini hari, Jumat legi, 17 Agustus 1945, bulan Ramadhan, Soekarno, Hatta dan Soebardjo masuk dan duduk untuk merumuskan naskah proklamasi.
Soekarno melakukan penulisan naskah proklamasi, sedangkan Hatta dan Soebardjo memberikan saran secara lisan, sementara Miyoshi, orang kepercayaan Nishimura, bersama Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah ikut menyaksikan. Tokoh-tokoh lainnya, baik dari golongan tua maupun dari golongan pemuda, menunggu di serambi muka.
Kalimat pertama teks Proklamasi adalah saran Ahmad Soebardjo yang diambil dari rumusan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dan kalimat terakhir disarankan oleh Mohammad Hatta.

 

Museum Perumusan Naskah Proklamasi dengan teks proklamasi asli yang ditulis oleh Soekarno sebelum diketik oleh Sayuti Melik.


 
Museum Perumusan Naskah Proklamasi di tempat dimana pada dini hari 17 Agustus 1945 Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi atas permintaan Soekarno, ditemani BM Diah. Ia membuat tiga perubahan pada naskah: “tempoh” menjadi “tempo”, “Wakil-wakil bangsa Indonesia” menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”, dan format tanggal.



Museum Perumusan Naskah Proklamasi dimana seluruh tokoh yang hadir saat itu berkumpul setelah naskah selesai diketik.
Pada jam 04.00 pagi, 17 Agustus 1945, Soekarno membuka pertemuan.
Keadaan yang mendesak telah memaksa kita semua mempercepat pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Rancangan teks telah siap dibacakan di hadapan saudara-saudara dan saya harapkan benar bahwa saudara-saudara sekalian dapat menyetujuinya sehingga kita dapat berjalan terus dan menyelesaikan pekerjaan kita sebelum fajar menyingsing“. Soekarno lalu membacakan dengan pelan dan berulang naskah teks proklamasi itu. Semuanya menyetujui.
Soekarno kemudian menyarankan untuk bersama-sama menandatangani naskah proklamasi selaku wakil-wakil bangsa Indonesia. Saran itu didukung Mohammad Hatta dengan mengambil contoh “Declaration of Independence“-nya Amerika Serikat. Namun golongan pemuda menolak jika tokoh-tokoh golongan tua yang disebut sebagai “budak-budak Jepang” turut menandatangani naskah proklamasi. Sukarni lalu mengusulkan agar penandatangan naskah proklamasi itu cukup dua orang saja, yaitu Soekarno dan Mohammad Hatta, atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni akhirnya diterima. Soekarno dan Hatta pun lalu membubuhkan tanda tangannya pada naskah yang sudah diketik oleh Sayuti Melik.
Diantara mereka yang hadir pada pertemuan dini hari itu adalah Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo, Mohamad Amir, Boentaran Martoatmodjo, I Goesti Ketut Poedja, A Abbas, Iwa Kusumasumantri, Johanes Latoeharharry, Ki Bagoes Hadji Hadikoesoemo, Teukoe Moehammad Hasan, Ki Hadjar Dewantara, Otto Iskandardinata, K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat, Soetardjo Kartohadikusumo, R. Soepomo, Soekardjo Wirjopranoto, G.S.S.J. Ratulangi, BM Diah, Sukarni, Chaerul Saleh, Sayuti Melik, Anang Abdoel Hamidhan, Andi Pangerang, Andi Sultan Daeng Radja, Semaun Bakry, Soediro, Abikoesno Tjokrosoejoso dan Samsi Sastrowidagdo.
Setelah itu ada pembahasan untuk menentukan tempat. Sukarni mengatakan bahwa rakyat Jakarta dan sekitarnya, telah diserukan agar datang ke lapangan IKADA pada tanggal 17 Agustus untuk mendengarkan Proklamasi Kemerdekaan. Namun saran Sukarni ditolak oleh Soekarno. “Tidak,” kata Soekarno,” lebih baik dilakukan di tempat kediaman saya di Pegangsaan Timur. Pekarangan di depan rumah cukup luas untuk ratusan orang. Untuk apa kita harus memancing-mancing insiden? Lapangan IKADA adalah lapangan umum. Suatu rapat umum, tanpa diatur sebelumnya dengan penguasa-penguasa militer, mungkin akan menimbulkan salah faham. Suatu bentrokan kekerasan antara rakyat dan penguasa militer yang akan membubarkan rapat umum tersebut, mungkin akan terjadi. Karena itu, saya minta saudara sekalian untuk hadir di Pegangsaan Timur 56 sekitar pukul 10.00 pagi.”
Sebelum meninggalkan rumah Maeda, Bung Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja pada pers dan kantor-kantor berita, untuk memperbanyak naskah proklamasi dan menyebarkannya ke seluruh dunia.


Museum Perumusan Naskah Proklamasi memajang transkrip pidato singkat Soekarno sebelum ia membaca teks Proklamasi, di bawahnya adalah teks proklamasi, dan kata-kata penutup yang diucapkannya. Sementara di sebelah kanan adalah foto saat Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Kamis, 09 Agustus 2012

Mengupas Makna Naskah Proklamasi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia



Naskah Proklamasi
Sebentar lagi kita sebagai warga negara Indonesia akan memperingati hari kemerdekaan republik ini. Seperti yang kita ketahui bersama, pada awalnya yaitu pada tanggal 17 agustus 1945, proklamator kita dan sekaligus presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno atau biasa disebut dengan Bung Karno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta, tepatnya di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Ada keunikan tersendiri oleh segenap bangsa Indonesia yang dirasakan tahun ini, yakni, faktanya proklamasi kemerdekaan Indonesia itu terjadi pada saat bulan Ramadhan, yaitu pada tanggan 9 Ramadhan., uniknya adalah kita bisa merasakan bagaimana kondisi perjuangan yang dilakukan para pejuang kemerdekaan pada saat mereka menjalankan ibadah puasa, berperang melawan penjajah sekaligus memerangi (mengontrol) hawa nafsu, kalau menurut saya itu sih luar biasa… nah uniknya lagi, saya menulis tulisan ini juga pada tanggal 9 agustus.. hehe
Bung Karno yang didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta membacakan naskah asli proklamasi yang berisi sebagai berikut:
Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatja.

Djakarta, 17-8-05
Wakil-wakil bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta



Itulah naskah asli yang dibacakan oleh Bung Karno pada tanggal 17 agustus 1945 yang menjadi sejarah dunia. Disini ada yang mau saya sampaikan, dan mungkin juga banyak yang bertanya, loh kok naskahnya berbeda dengan yang sering kita dengar.. jadi naskah yang saya tulis ini merupakan naskah awal yang masih dilakukan perubahan. Beberapa perubahan diantaranya adalah:
  • Pada naskah yang lama kata “tempoh” itu dirubah dengan kata “tempo”, itulah kata yang digunakan pada naskah proklamasi
  • Pada signatur, kata “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti dengan “atas nama bangsa Indonesia”.. (emang agak terdengar ganjil sih kalau pake kata wakil-wakil)
  • Berikutnya itu kata “Djakarta, 17-8-05” penulisannya dirubah jadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun ’05, pasti ada yang tanya kenapa tahun ’05.. jadi penggunaan tahun ’05 itu mengikuti tahun jepang, karena pada saat itu Indonesia sedang dijajah jepang so penanggalannya juga menggunakan tahun Jepang. Pada saat itu tanggal sebenarnya adalah 17 Agustus tahun 2605 (tahun Jepang)
  • Terus naskah asli yang akan dibacakan oleh Bung Karno pada hari deklarasi kemerdekaan itu sudah ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta
Jadi naskah asli yang dibacakan oleh Bung Karno adalah seperti di bawah ini:


Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta


Itulah naskah yang sampai saat ini kita kenal hingga saat ini, Saya sedikit ingin mengomentari mengenai naskah proklamasi ini:
  • Saya mau bilang bahwa para pejuang bangsa Indonesia menurut saya sudah sangat susah payah untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa kita ini, coba kalau kita belum merdeka, mungkin kota Jakarta bisa jadi kota Jakarto.. hehe ikut-ikut Tokyo-nya Jepang, maksudnya kita udah bebas dari penjajahan gituh, berterima kasihlah pada pejuang-pejuan kemerdekaan bangsa Indonesia dengan cara tetap menjaga kemerdekaan ini agar tidak “dijajah lagi” oleh bangsa lain.
  • Saya membayangkan betapa senangnya Rakyat Indonesia setalah deklarasi kemerdekaan ini, walaupun pemerintahan Republik Indonesia belum terbentuk tetapi saya yakin, dalam benak rakyat Indonesia pasti muncul kebanggaan yang luar biasa setelah melalui bertubi-tubi perilaku kejam yang mereka terima dari penjajahan Belanda dan Jepang. Hidup Para pejuang!!
  • Saya bersyukur, untuk lahirnya sekarang.. coba dulu.. bisa ikut angkat senjata juga kali yah.. oke deh, sampai jumpa.. salam Merdekaa!!